Pangkalpinang —- Polemik pembangunan masjid Thoriqul Jannah di kelurahan Kacang Pedang Kecamatan Tamansari kotamadya Pangkalpinang Bangka Belitung masih belum menemukan titik temu antara kemauan jamaah masjid dengan jajaran panitia pembangunan masjid tersebut. Bahkan dengan gamblangnya seorang warga melontarkan pendapat bahwa dirinya menyaksikan dengan mata kepala sendiri, masjid ini dibangun dengan waktu yang lama, Selasa 16 Mei 2023.
Dalam rapat klarifikasi yang punya agenda tanggung jawab pihak kontraktor soal penggunaan dana masjid pada jamaah dan pengurus masjid, Senin malam tadi digelar di masjid Thoriqul Jannah. Rapat yang dihadiri juga oleh mantan Perwira Polda Babel, Kombes (purn) Zaidan, Lurah Kacang Pedang, ketua panitia pembangunan masjid, Junaidi, Bendahara panitia pembangunan masjid serta panitia lain dan jamaah ibu-ibu. Rapat itu sendiri akhirnya menjadi anti klimaks. Kalau tidak mau disebut gagal.
Jamaah Menduga Pihak Kontraktor Tidak Profesional
“Saya cuma mewakili ibu-ibu saja ya dik, cuma dua pertanyaan saya ke kontraktor yakni soal legalitas misalnya dokumen-dokumen laporan kas perusahaan, pembayaran pajak perusahaan, NPWP dan yang kedua adalah soal kontrak kerja termasuk RAB, SPK dan dokumen lainnya. Terus terang kami mau lihat apakah anda memang layak sebagai pihak yang ditunjuk langsung mengerjakan proyek ini,” kata seorang ibu-ibu pengajian.
Perlu diketahui, sekitar seminggu yang lalu. Media diundang peliputan oleh salah seorang jamaah masjid. Informasi yang beredar sebelumnya adalah, adanya indikasi mismanajemen, kecerobohan kontraktor, sampai pada dugaan penggelapan bahan material sumbangan dari umat islam.
“Jadi dalam kesempatan ini sekali lagi saya tekankan bahwa tidak benar adanya konflik antara jamaah dengan panitia pembangunan masjid. Karena kami semua disini pun panitia. Tapi yang terjadi adalah ketidakpercayaan jamaah pada “oknum” panitia yang dinilai jamaah tidak cekatan karena sampai memakan waktu dua tahun lima bulan,” ungkap tokoh masyarakat Kacang Pedang yang terkenal vokal dalam mengkritik pihak-pihak yang dianggap lamban dalam pengerjaan proyek.
Lebih lanjut, Bambang menerangkan bahwa dirinya punya catatan yang tersusun rapi juga detail mulai dari rapat pertama di bulan Oktober 2020 sampai rapat terakhir di minggu kemarin. Secara lugas Bambang menyampaikan, ketika itu di Oktober 2020 yang lalu baik jamaah serta panitia yang baru dibentuk belum sepakat menyoal mekanisme pembiayaan pembangunan masjid.
“Lengkap pak, semua saya catat disini. Bahkan, izin Pak Zaidan, dengan segala hormat saya harus katakan bahwa saya disini sebenarnya cuma menyampaikan unek-unek jamaah yang sering pergoki ketidakberesan pemborong. Misalnya, ada bahan material sumbangan umat islam datang ke masjid. Nah baru sebentar bahan material tadi sudah diangkut lagi entah kemana gudangnya. Sewaktu jamaah bertanya, pemborong selalu berdalih ini cuma dipindah ke proyek lain, itu pak,” terang Bambang.
Begitu pula halnya ketika berulangkali warga menanyakan soal perubahan- perubahan yang bergeser jauh dari rapat-rapat awal dengan pemborong. Ditambah komunikasi pemborong dengan warga masuk kategori buruk. Warga yang hampir tiap saat lalu lalang di kawasan pembangunan masjid tentunya hafal dengan detail perubahan sekecil apapun.
“Saya berikan contohnya ya pak, misalnya soal RAB (rencana anggaran biaya) terus terang kami warga belum pernah secara terbuka diundang untuk dijelaskan oleh pemborong. Begitu juga soal material yang banyak ditemukan tidak sesuai dengan apa yang mereka katakan dalam pertemuan sebelumnya, misal bata merah yang sekarang ini posisi di bagian atap justru dipakai batako. Begitu juga soal kubah masjid, yang digembar-gemborkan adalah hasil desain kreatif dari Gubernur Jawa Barat bapak Ridwan Kamil. Apa benar demikian? Bahkan setelah beberapa pemuda saya sarankan lakukan kroscek harga material ada beberapa yang bedanya jauh sekali,” ungkap Bambang.
Suasana agak sedikit tegang, tatkala ketua panitia pembangunan masjid Thoriqul Jannah, Junaidi -kebetulan seorang anggota kepolisian aktif berpangkat Komisaris Polisi- memberikan tanggapan atas apa yang sudah diungkapkan, baik oleh jamaah Ibu-ibu maupun oleh Bambang yang mewakili puluham jamaah
“Saya ini kan cuma ikut membantu apa yang dimimpikan oleh Alm. Spryn. Lah akhirnya sekarang ini saya justru seolah- olah korupsi dan lain sebagainya. Kenapa saya tidak terlalu menanggapinya? Karena bagi saya seperti kata Pak Jokowi yang kerja, kerja, kerja,” jawab Junaidi dengan intonasi yang terdengar sedikit meninggi.
Sontak jamaah riuh rendah menanggapi komentar bernada menantang tersebut. Seorang jamaah masjid, bernama Kandar seketika langsung bereaksi dengan nada sedikit emosi menanggapi omongan ketua panitia pembangunan masjid yang informasinya sudah menghabiskan dana lebih kurang hampir Tiga Miliar Rupiah.
“Siapa yang menuduh pak, yang benar saja. Itu kan bapak sendiri yang omong begitu, ini masjid pak. Kami cuma mau tau soal RAB pemborong, laporan pertanggungjawaban tiap tahun soal penggunaan dana sumbangan umat Islam,” katanya dengan nada meninggi.
Lurah Kacang Pedang yang turut hadir sebagai mediator, mencoba menengahi situasi hingga akhirnya kesempatan berbicara diserahkan pada tokoh masyarakat, Bambang. Dengan gaya khasnya yang to the point, Bambang menilai sengkarut yang terjadi akibat tidak adanya rasa empati ketua panitia pembangunan masjid mencerna situasi yang berkembang, dimana hampir semua jamaah meminta Junaidi untuk mengundurkan diri.
“Dalam catatan saya, rapat pertama di bulan Oktober 2020 yang lalu membahas soal kepanitiaan pembangunan masjid Thoriqul Jannah. Rapat kedua, soal mekanisme pembangunan masjid akan diputuskan seperti apa, apakah mau swadaya masyarakat atau hal lain,” ungkap Bambang
“Pertama, ada kesepakatan soal RAB 2,740 miliar, dengan uang sebesar itu jamaah tahunya akan terima kunci masjid baru. Yang kedua soal DP sesuai kesepakatan adalah 30%, tapi faktanya justru sebesar 50%. Yang ketiga, ketua panitia pembangunan masjid, Junaidi sempat menyatakan -di depan jamaah masjid lainnya- pemborong harus menyelesaikan pembangunan, saya ini polisi saya cari, tangkap, saya tembak, nah ini kita sudah hampir tiga tahun loh pak belum selesai,” terangnya.
Ada Usulan Dilakukan Audit Forensik Oleh BPK Perwakilan Serta Mengganti Susunan Panitia
Tak cuma itu, Bambang mengakui dirinya akan mematangkan langkah berikutnya berupa meminta jadwal Rapat Dengar Pendapat pada DPRD Kota Pangkalpinang. Dengan demikian diharapkan olehnya benang kusut antara pemborong, ketua panitia dan warga dapat cepat selesai.
“Setelah dari anggota dewan kota saya sedang atur waktu sesuai dengan permintaan warga agar segera dilakukan audit forensik seluruh items dalam pengerjaan proyek. Rencananya buat surat pengajuan dari jamaah, bisa anggota dewan yang sampaikan ke BPK RI Perwakilan Babel, bisa juga pengurus yayasan. Semata-mata demi mencegah syak wasangka dari jamaah pada panitia pembangunan masjid. Dengan begitu semuanya jadi terang benderang. Timbulnya prasangka itu berasal dari mereka sendiri kok, kan dari awal kita sudah meminta RAB proyek tapi hingga saat ini belum juga kami peroleh,” katanya.
Selain dinilai tidak transparan atas penggunaan alokasi dana, jamaah juga menilai ketua panitia lebih condong ke pihak pemborong, seperti dalam contohnya keinginan jamaah agar mereka inisiatif membuat laporan pertanggung- jawaban per tahun pada jamaah masjid tanpa diminta. Belum lagi kalau bicara soal akhlak yang menurut Bambang, sepertinya kurang pantas ketika pertanyaan jamaah dijawab dengan nada bernada keras setengah menghardik.
“Singkatnya masyarakat sudah jenuh dengan situasi seperti sekarang dan ingin melihat masjidnya cepat jadi. Mereka inginnya ketua dan susunan panitia yang saat ini bermasalah segera diganti. Kalau soal pertanggung- jawaban beliau kan, mekanismenya bisa diatur nanti setelah susunan kepanitiaan yang baru terbentuk dan Insya Allah mampu menyelesaikan masjid kita,” harap Bambang. (R5/tim)